DPRD Sarankan Pemprov Buat Perda Pengaturan Sampah Plastik Di Jawa Timur
ANGGOTA Komisi D DPRD Provinsi Jatim, Sugeng Pujianto, menyatakan, saat ini Jatim sudah bisa dikatakan darurat sampah plastik. Karena itu, perlu ada peraturan daerah (perda) untuk mengaturnya. “Sampah plastik sudah tidak terkendali. Masyarakat juga kerap membuang sembarangan sampah plastik itu. Imbasnya pada kesuburan tanah dan polusi. Ini harus diatasi. Salah satunya membuat regulasi,” katanya.
Diketahui, hasil penelitian sebuah LSM lingkungan menyebutkan telur di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, dan Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, mengandung paparan dioksin dalam jumlah tinggi. Diduga ayam kampung yang bertelur itu terpapar dioksin karena memakan limbah pabrik tahu yang menggunakan bahan bakar plastik. DPRD Jawa Timur (Jatim) meminta Pemprov Jatim tidak panik menyikapi hasil riset tentang kandungan dioksin pada telur di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo. Pasalnya, telur yang diduga terpapar racun berbahaya tersebut, skalanya sangat kecil dan tidak beredar di pasaran.
“Telur yang katanya mengandung dioksin itu berasal dari ayam liar, bukan peternak. Telur-telur itu juga tidak dipasarkan. Jadi tidak perlu panik,” kata Anggota Fraksi Gerindra DPRD Jatim, Budiono, Kamis (21/11).
Budi menyampaikan, telur yang selama ini dikonsumsi masyarakat mayoritas berasal dari ayam petelur yang dikandangkan dengan memberikan pakan buatan pabrikan. Artinya, telur itu tidak terpapar dioksin sebagaimana ramai dikabarkan selama ini.
“Lagi pula, masyararakat juga tidak terpengaruh. Di pasar orang masih berbelanja telur, termasuk di warung-warung STMJ,” kata Anggota Komisi E DPRD Jatim ini.
Saat ini, lanjut Budiono, yang perlu dilakukan Pemprov Jatim memikirkan bagaimana menangani masuknya sampah plastik impor. Pasalnya, sampah tersebut sudah terbukti bocor dan beredar di masyarakat. Salah satunya digunakan sebagai bahan bakar pabrik tahu. “Saya sarankan fokus menangani sampah plastik yang masih beredar di Jatim,” katanya.
Budiono juga mendesak agar Pemprov Jatim membuat regulasi untuk menolak impor sampah plastik. Sebab, dampak negatif yang ditimbulkan dikhawatirkan tidak hanya ke telur saja, tapi paparan zat kimia yang ditimbulkan bisa menyebar luas.

Anik Maslachah saat menggelar acara kampanye makan telur ayam bersama di Graha Gus Dur, Jalan Gayungsari, Surabaya, Rabu (20/11).
Sementara itu, DPW Perempuan Bangsa Jawa Timur (Jatim) menggelar acara makan telur bersama di Graha Gus Dur, Jalan Gayungsari, Surabaya, Rabu (20/11). Kampanye ini digelar untuk menepis isu telur mengandung dioksin di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, beberapa hari terakhir. “Gerakan makan telur bareng untuk membuktikan bahwa Jawa Timur aman makan telur. Masyarakat jangan sampai mudah terprovokasi dengan isu yang tidak jelas sumbernya,” kata Ketua DPW Perempuan Bangsa Jatim, Anik Maslachah.
Anik menuding isu tentang telur mengandung dioksin itu hanyalah politisasi ekonomi dengan sasaran UKM dan peternak maupun usaha tahu. Tujuannya, UKM sebagai penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di Jatim tumbang. “Karena dari sidak kami ke bawah, di Tropodo, Krian, tidak ada peternak ayam. Yang ada adalah peternak bebek. Itu pun daging, bukan petelur,” kata Wakil Ketua DPRD Jatim ini.
Meski demikian, Anik mengaku setuju agar pemerintah segera menuntaskan permasalahan sampah plastik yang ada di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, dan Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Pemerintah harus segera mengambil solusi, di antaranya melakukan uji laboratorium sampah. “Jika benar mengandung B3, maka pabriknya harus me-review bahan baku impor. Sampah tidak boleh lagi dibuang, apalagi dijual ke masyarakat dan harus dibuang ke Cileungsi,” katanya.
Anik menambahkan, pemerintah harus memberikan pendampingan kepada para perajin tahu. Selain itu memberikan bantuan alternatif bahan bakar perajin tahu yang murah dan kompetitif.
Seperti diketahui, sebuah LSM lingkungan di Jatim mengekspose kandungan dioksin pada telur ayam. Kandungan dioksin tersebut terjadi karena ayam terkontaminasi limbah plastik yang dipakai sebagai bahan bakar sebuah pabrik tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. (F.809)