SMPN 41 SURABAYA GENGGAM ADIWIYATA NASIONAL
TAK kalah hebatnya adalah SMPN 41 Surabaya. Sekolah yang terletak di kawasan Gembong, Surabaya, Jatim, ini kini terus ‘naik daun’, mengingat dari tahun ke tahun sekolah itu telah menunjukkan prestasi yang luar biasa. Terbaru, SMPN 41 Surabaya telah berhasil menggenggam penghargaan Adiwiyata Nasional 2017, yang sebelumnya di tahun 2016 berhasil meraih Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur dan Adiwiyata Tingkat Kota Surabaya.
Motivasi untuk mencapai prestasi tersebut berawal dari keprihatinan kondisi sekolah yang jauh dari kesan lingkungan keadiwiyataan (peduli lingkungan). Sampah dan plastik berserakan di mana-mana, makanan tak sehat yang mengandung bahan pengawet, kenyal, yang hampir tersaji di beberapa tempat di sekolah. Sehingga nampak kotor, kurang indah dan tidak sehat. Apalagi didukung luas sekolah yang tidak seberapa dan warga sekolahnya yang tak peduli akan lingkungan beradiwiyata. Untuk itulah kepsek beserta jajaran guru pun tergugah dan tergerak untuk membenahinya lewat kegiatan Eco School, Rumah Hijau, yang diadakan oleh Pemkot Surabaya. Dari situlah kemudian muncul istilah SEKAM yaitu :
S : Sampah, yang dijadikan kompos untuk makanan bebas plastik.
E : Energi, seperti hemat energi lampu dan AC.
K : Keanekaragaman Hayati, seperti menanam pohon hydroponik, tanaman toga
(penghijauan)
A : Air, mulai menggunakan air sisa limbah untuk tanaman.
M : Makanan dan Minuman, tidak boleh mengandung 5 P, yaitu pengawet,
pengenyal, pewarna, pemanis buatan dan penyedap rasa.
Menurut Kepala Sekolah SMPN 41 Surabaya, Hanifah SPd MPd, kini warga sekolah sudah berkomitmen tentang keadiwiyataan, mengingat sistemnya sudah terbentuk. Siswa dan guru-guru telah dilibatkan dalam berbagai kegiatan keadiwiyataan, sehingga semangat adiwiyata tidak boleh kendur. Kegiatan itu, misalnya, jual kompos, jahe sebagai ikon dibuat permen berbahan jahe, membuat sirup jahe. Agar jiwa entrepreneur terbentuk, para siswa SMPN 41 Surabaya diajak jalan-jalan ke kebun mangrove. Dan, yang paling membanggakan adalah para siswa beserta guru-guru SMPN 41 Surabaya dapat berkolaborasi dengan warga masyarakat sekitar untuk menerapkan ilmu keadiwiyataan. Kepada ibu-ibu PKK, sebagai binaan Adiwiyata SMPN 41 Surabaya, misalnya, mereka berkegiatan membuat piring bibir plastik, membuat tanaman hydroponik. Hingga diharapkan keberhasilan meraih Adiwiyata Nasional itu tidak hanya menjadi berkah bagi warga sekolah SMPN 41 Surabaya saja namun juga berkah untuk masyarakat sekitarnya. (F.543)